Senin, 15 Agustus 2011

Story of a Baga

Menjadi Mahasiswa


2008 Saya ingat masa itu hari saya diterima disebuah sekolah tinggi swasta di Makassar, saat saya masih SMA saya sangat berharap bisa masuk di sekolah tinggi tersebut. Dan Alhamdulillah sayapun diterima masuk disana (sekolah tinggi yang katanya sekolah IT terbaik di Indonesia timur) pada saat itu saya tidak tahu apa-apa tentang Komputer, saya bahkan tidak tau cara memegang Mouse dan keyboard mengoperasikan PC apalagi dengan istilah - istilah komputer lainnya seperti INSTALASI Etc.. saya hanya mendengar kabar dari teman saya yang melihat no req saya ada pada pengumuman sekolah tinggi tsb dan diterima di jurusan system informasi STMIK Dipanegara.

 ----Menjadi malam yang penuh dengan gegap gempita Rumah---- yah 12 Tahun di jenjang pendidikan biasa dan harus merasakan aura MAHASISWA walaupun menjadi prioritas kedua dalam pilihan saya tapi saya percaya bahwa suatu hari kampus ini akan menjadikan saya Orang Sukses di dalam realita hidup yang sesungguhnya. Yah jujur di saat saya masuk kampus ini pertama kalinya saya rasakan sebuah notulensi aura yang fenomenal setelah pengumuman di terima di sebuah kampus yang katanya kampus cyber ini 2008 3tahun silam dan 2012 adalah harapan bahwa "bisa menyelesaikan perkuliahan dalam jangka waktu yang sudah di targetkan"
2008 3 Tahun silam saya masih jelek wajah, Mental, Pemikiran dan penampilan ya,biarpun sekarang juga jauh lebih parah jeleknya ahaha..  tentang asmara juga tuh hehehee dan dia juga adalah salah satu orang yang membuatku harus berubah hehehee -__-  hemm kami di bingungkan dengan masa repository sebuah masa peralihan dari masa batu ke zaman mesin hahaha dimana kami di libatkan dalam usaha yang jauh lebih keras memilih dan mengikuti organisasi yang notabene internal kampus harus membagi waktu antara kuliah dan organisasi pengisi waktu luang, tapi kenyataannya hanya selang beberapa hari setelah saya mengikuti pengkaderan Organisasi tersebut, saya seperti lari dari kenyataan bahwa saya sudah menjadi anggota/ sahabat di organisasi tsb.
Ya, sebenarnya sangat sulit membagi waktu antara rumah kampus oerganisasi. Karena jujur pergaulan di rumah dan waktu untuk asmara lebih saya utamakan di bandingkan urusan kampus apalagi organisai.

Semester 5 Tepat Liburan 2010 saya mengisi waktu liburan denga bekerja menjadi karyawan di department store di sebuah Mall di Makassar, itu adalah pengalaman kerja pertama saya''  tapi juga nasib naas bagi saya pada saat penerimaan honor saya harus mengganti rugi atas kehilangan barang yang saya jaga di mall tsb. Yah,namanya juga pada saat menjelang hari raya idul fitri, pasti orang-orang berbondong-bondong membeli pakian untuk sanak saudara. Hmm.. tapi saya bersyukur sudah punya pengalaman kerja dan Alhamdulillah setengan dari honor saya saya berikan kepada orangtua. Ciee…cciiee..

Waktupun terus berlalu dan tiba saatnya untuk memulai perkuliahan di semester 6, saya sangat bangga karena bisa berjuang hingga semester 6, banyak teman-teman saya yang bisa dikatakan gagal dalam realita perkuliahan, banyak alasan yang saya dapat dari mereka ada yang curhat dia bilang “dia mungkin salah jurusan, dan akhirnya dia lebih memilih bekerja di sebuah bengkel motor dan tidak melanjutkan kuliah” ada juga yang bilang “dia capek kuliah, dia lebih pilih cepat menikah dan tidak melanjutkan kulaih” huuftt..


Selasa, 09 Agustus 2011

Kemunafikan Manusia

Malam tahun baru, setelah selesai mengisi acara di sebuah panggung kemudian saya luangkan waktu dengan membaca buku yang sudah lama teronggok meluber dikamar. Tak luput juga saya mencari-cari artikel yang sekiranya menarik untuk menyegarkan otak dari gumpalan-gumpalan beku di kerangka kepala.
Saya temukan sebuah artikel yang dalam kacamata saya sangatlah “sensitif” di sebuah blog, sangat menarik menurut saya. Hingga tak luput sang empunya Blog pun memberikan prolog bahwa artikel ini memang sensitif. Benar, ini sangatlah sensitif. Bila dibaca oleh orang yang kacamata bacanya hanya masih terkotak dalam batasan “harfiah”. Apalagi ditambah dengan kecenderungan “malas” membaca untuk mendapatkan arti yang sesungguhnya. Seperti pernah saya temui seorang teman menuliskan sebuah hadis “Bentengilah harta kalian dengan zakat, obatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah, dan hadapilah cobaan dengan do’a.” (HR. ath-Thabrani), dan saya coba untuk memancing apa kiranya yang dia lakukan untuk lebih dalam menggali arti sesungguhnya hadits tersebut, namun hanya pengembalian pendapat yang saya dapatkan bahwa itu adalah “hadits” bukan orang biasa yang mengucapkannya.
Saya rasa setiap ucapan “bermakna”, entah itu hadits ataupun kata mutiara selalu mempunyai arti lebih dalam dan tidak sekedar tatanan huruf dengan arti pasti. Karena dengan begitu adanya, seakan-akan zakat hanya digunakan untuk “mensucikan harta” dari hasil kerja yang telah didapatkan.
Maka bila siapapun yang membaca artikel ini, saya harap menyiapkan mental untuk lebih bisa meneliti dan menelaah lebih dalam setiap kalimat-kalimat yang ada di artikel ini. Artikel ini sebuah karya Ilmiah, dimana ditulis oleh seorang Profesor Doktor, dan sama sekali jauh dari kehendak untuk menggiring konflik sara ataupun sejenisnya.
Bukan bermaksud meremehkan kemampuan atau intelektualitas anda, namun ini sebagai prolog agar kita bisa membaca lebih ke dalam secara komprehensif. Mari tinggalkan budaya malas “membaca”, perbaiki ulang hal-hal bersifat pragmatis dan mengabaikan hal-hal yang bersifat bertele-tele. Karena semua itulah yang akan memberi cara pandang kita dalam menjalani hidup.
Judul dari artikel/tulisan ini yang sebenarnya adalah : MASIH PERLUKAH AGAMA?
Dalam suasana kultural modern agama telah sering jadi bahan tertawaan, olok-olok dan sinisme. Voltaire menganggap para pemuka agama tak lebih dari tukang sulap yang menggelikan. Bagi Nietzsche agama hanyalah melestarikan mentalitas budak. Dan Nietzsche telah membunuh Tuhan. Freud menganggap agama sebagai gejala mental kekanak-kanakan yang tak mau tumbuh dewasa dan bahkan sumber penyakit jiwa. Marx menganggapnya semacam narkoba yang menggerogoti daya hidup. Kaum positivis macam A.Comte cs. meyakini bahwa bagaimana pun era agama (dan metafisika) akan lewat, digantikan oleh pengetahuan ilmiah positif yang lebih jernih dan obyektif. Hegel menganggap agama hanya sebagai tahapan sementara dalam peradaban, yang akan digantikan oleh filsafat sebagai puncak kesadaran diri rasionalitas. Bertrand Russell menulis buku “Why I am not a Christian”. Ibn Warraq menulis “Why I am not a Muslim”. Di Indonesia seorang penyair bukan hanya menganggap Tuhan sudah mati, ia bahkan menganggapnya sudah menjadi fosil. Daftar macam ini bisa diperpanjang lagi, tentu. Masalahnya; apa yang menyebabkan agama menjadi bahan olok-olok begitu? Mungkin kehidupan beragama mengidap idealisme-idealisme yang dalam kenyataan lebih terasa bagai ilusi-ilusi, yang pada gilirannya justru membuatnya kehilangan kehormatan dan keanggunan.

Kamis, 02 Juni 2011

"keheningan dalam gelap"

pergulatan oleh suatu masa,dimana aku merasa resah dalam pikiran yang berkeheningan tersendiri
berdiri melawan arah angin yang sepertinya tak pernah memahamiku akan makna yang terpendam di kehidupan
hal yang terkecil selalu diremehkan,entah apa yang disebabkan oleh kebiasaan yang mulai mereka lakukan
mungkin suatu intimidasi oleh materi yang berpenghunikan akan nafsu yang tinggi akan tahta para idealis perkudaan
disini aku akan melawan para arogan dengan cinta yang sudah terbiasa dengan kekuatan binatangnya
dan memakai anjing dan para boneka yang selalu ikut dalam kesertaan pembangkangan yang mulai robohnya
jiwa intelek dalam kehausan darah pembunuhan yang mulai menutup dengan wibawa akan ketakutan
aku akan tetap tenang dalam kebimbangan yang mulai mengektensifkan diriku kedalam dunia yang penuh dengan
kebohongan yang nyata dalam dialog para paham perkudaan
dekadensi tidak akan pernah untuk menurunkan diriku dari penetangan akan sebuah hal yang sudah menjadi opiniku
untuk melawan pembangkangan para paham perkudaan
aku akan tetap tenang dalam pembicaraan dengan alam yang mulai mendukung aku untuk tetap dalam prinsip
yang tegar dalam pertentangan dengan dunia ini
hal yang membuat aku bosan adalah ketika engkau hanya berbicara tanpa makna dan pembuktian yang nyata,
yang hanya dalam pembicaraan omong kosong
aku yang selalu ingin dalam ketenangan harus tetap dalam pemikiran yang bimbang dalam kedengaran dari alam
yang mulai suram,ketika semua dalam kesaksian kebohongan
masa peradaban akan tetap mengenang kisah kebohongan ini
dalam tenang aku akan tetap menentang kepalsuan mulut yang berbicara dengan mikrofon yang terbalik,
didepan para organisme kecil
keheningan ini kubuat dalam fenomena yang sudah sejak masa lalu hingga masa kini
dalam gelap aku akan menemukan terang dalam diskusi kebenaran yang jauh dari kebohongan
mulailah aku tetap simpatik dalam kisah ini untuk direnungi
aku akan tetap melankolis romantis yang mengantarkan cinta dalam perdamaian
dikeheningan yang akan tetap terus kurenungkan di dalam keadaan tenang.

"sabda batang kecil"

thanks to Haci Zarathustra

Sabtu, 02 April 2011

sayang keindahanmu tertutupi oleh kebodohan yang kau pakai


sebuah perjalan mencari sebuah buku, untuk sebuah arti kehidupan yg kucari.
kuberjalan di sebuah pusat perbelajan besar (baca mall) dikotaku,
berjalan di jalan pertokoan, kulihat sebuah pemandangan yang jarang kudapati dalam hidupku.
kulihat seorng bahkan sebagian yg datang d pusat perbelanjaan tersebut.
dari anak dibawah umur smpai yg tua semua mengenakan pakaian yg hampir sm, dengan menggenakan busana yg menurutku hampir telangjang.
ku heran mengapa semua yg berada dalam hadapanku, seakan bangga dengan busana yg mereka kenakan.
kubertanyak dalam diriku. apa yang membuat mereka seakan bangga denga kebodohan yg mereka lakukan.
 terlintas dalam benakku sebuah yg seing kudengar dari sebagian manusia yg pernah kujumpai kata tersebut adalah modern
bagiku modern dari apa yg kusaksikan adalah mewajarkan yg tak wajar dan yg wajar di buat tak wajar.
kuterus bertanyak mengapa seorang perempuan ketika berpakain minim dan di pelototi dengan laki-laki yang penuh nafsu,
apakah mereka merasa malu atau meresa bangga ketika tubuhnya di pelototi dengan nafsu (diambil dari buku"bibir berbicara hati nafsu").
bahkan yg lebih parah ketika kumelihat seorng wanita berjalan dengan wanita lain sambil bermesraan bagaikan seorng sepasang kekasih yg sedang menikmati waktu.
dan seperti yang kulihat mereka menganggap sikap tersebut hanyalah hal yg biasa atau wajar.
tp kuberharap semoga ini hanya pikiran negatifku semata.
kuyakin dan percaya pd seorang melakukan kebodohan itu adalah seorang yg berpendidikan tinggi,
tp sayang mereka berpendidikan tp tak bermoral.
bahkan kulebih suka dengan seorng pemulung, pengemis dan istri tukang becak.
yg tak berpendidikan tp mereka tau akan moral dalam berpakaian.


jika ada kesalahan mohon koreksinya.
dan jika ada yg tersinggung dengan tulisan ini.
berarti anda sadar akan perbuatan anda.
sekian.

Senin, 28 Februari 2011

ANARKISME

TEORI ANARKISME
Sekolah/pendidikan anarkisme, sebaliknya, tanpa terkecuali memunculkan pula semacam prinsip-prinsip organisasional atau bentuk praksisnya sendiri, seperti: Anarko-sindikalis dan Anarko-komunis, Insureksionis dan Platformis, kooperativis, konsilis, individualis, dan demikian seterusnya.
Anarkis dibedakan berdasarkan pada apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka mengorganisasikan diri mereka sendiri untuk melakukan bentuk praksis yang mereka inginkan. Dan sebenarnya hal inilah yang telah membuat para anarkis tersebut menyisakan waktu untuk memikirkan serta berargumentasi. Mereka tak pernah begitu banyak tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan bentuk strategi secara luas atau pun pertanyaan-pertanyaan filosofis yang menyita perhatian para Marxis seperti: apakah petani secara potensial merupakan kelas yang revolusioner..??? (menurut para anarkis, para petanilah yang berhak memutuskan hal ini) ataukah pertanyaan seperti: apakah sifat yang mendasar dari komoditas? Para anarkis justru lebih cenderung untuk berargumentasi hal-hal yang menyangkut: jalan demokratik macam apa yang akan mereka lakukan pada saat pertemuan, pada titik manakah organisasi berhenti untuk menguasai masyarakat dan mulai untuk memberi kesempatan sepenuhnya pada kebebasan individual. Apakah `kepemimpinan` sungguh-sunguh merupakan sesuatu yang buruk? Atau, secara berurutan, mengenai tatanan yang beroposisi dengan kekuasaan. Apakah itu aksi langsung? Perlukah seseorang untuk menghukum orang yang membunuh seorang kepala negara? Kapan waktu yang tepat untuk mulai melemparkan batu..? 

(1). Marxisme, kemudian, cenderung menjadi sebuah diskursus secara teoritikal maupun analitis yang berkaitan dengan strategi-strategi revolusioner. Anarkisme sendiri lebih cenderung menjadi tatanan diskursus yang berhubungan dengan praktek-praktek revolusioner. Sebagai hasilnya, di mana Marxisme menghasilkan berbagai teori praksis yang brilian, maka di kutub yang berbeda ada kaum anarkis yang cenderung menjalankan bentuk-bentuk praksis revolusioner itu sendiri.
Pada satu saat, ada suatu perpecahan antara generasi anarkisme: antara mereka yang formasi politiknya mewarnai era tahun 60-an dan 70-an dengan mereka yang seringkali tidak mengguncang kebiasaan-kebiasaan sektarian pada akhir abad 20--atau mereka yang masih beroperasi dalam kondisi yang semacam itu, serta aktivis-aktivis muda yang lebih dipengaruhi oleh elemen-elemen dari masyarakat adat, feminis, serta ide-ide ekologis dan kritik-kritik kebudayaan. Pembentuk organisasi tersebut secara umum terkait dengan federasi-federasi anarkis seperti IWA, NEFAC atau IWW. Mereka yang muncul belakangan berada dalam wilayah jejaring dari gerakan sosial global, jaringan seperti Peoples Global Action, yang menyatukan kolektif-kolektif anarkis di benua eropa dan berbagai kelompok di tempat lain seperti aktivis-aktivis Maori di New Zealand, kaum nelayan di Indonesia, atau serikat pekerja pegawai pos di Kanada
(2). Yang terakhir ini mungkin kurang bisa disebut sebagai `kelompok kecil anarkis`. Namun terkadang sangat sulit untuk di sebut sebagai kelompok kecil, semenjak banyak di antara kelompok tersebut tidaklah menyuarakan semangat affininti mereka begitu keras. Pada kenyataanya, begitu banyak di antara mereka yang memilih prinsip-prinsip dari anti-sektarianisme dan untuk beberapa alasan tertentu, begitu serius untuk menolak melabeli tindakan mereka sebagai `anarkis`
(3). Ada tiga alasan esensial yang mengiringi segala manifestasi dari ideologi anarkis yang antara lain ialah: anti-negara, anti-kapitalisme dan politik prefiguratif (yaitu cara-cara organisasi yang secara sadar menyerupai dunia yang kau ciptakan. Atau, sebagaimana sejarah revolusi anarkis di Spanyol yang telah terformulasikan `usaha untuk tidak hanya berpikir mengenai ide-idenya akan tetapi kenyataan dari masa depan itu sendiri
(4). Hal ini hadir mulai dari kolektif Cultural Jammers dan juga pada Indy media, atau segala hal yang dapat disebut sebagai anarkis dalam pengertiannya yang baru
(5). Di beberapa negara, terdapat semacam pertemuan antara dua generasi yang hidup sejaman dimana sebagian besar mengambil bentuk yang mengikuti apa yang dilakukan oleh yang lain-walaupun tak banyak.

ANARKISME; ATAU GERAKAN REVOLUSIONER ABAD 21 
Sudah semakin jelas bahwa zaman revolusi belumlah berakhir. Dan juga semakin jelas bahwa gerakan revolusioner global di abad 21 ini, salah satunya akan ditelusuri asal muasalnya justru bukan dari tradisi Marxisme, atau barangkali sosialisme yang didefenisikan secara dangkal, namun dari anarkisme.
Di setiap tempat dari Eropa Timur hingga Argentina, dari Seattle sampai Bombay, ide-ide dan prinsip anarkis membawa pandangan dan mimpi-mimpi radikal yang baru. Meski pun banyak dari eksponen mereka tidak menyebut diri sebagai anarkis. Tetapi, mereka memiliki nama lain : otonomisme, anti-otoritarianisme, horizontalitas, zapatisme, demokrasi langsung …. Dan juga, di setiap tempat tersebut kita akan mendapati prinsip-prinsip yang sama : desentralisasi, asosiasi sukarela, mutual aid, model jejaring, dan di atas semua itu adalah sebagai bentuk penolakan atas segala ide yang menjustifikasikan akhir dari segala makna, yang cenderung membiarkan urusan revolusioner adalah untuk mengisi kembali kekuasaan negara dan mulai mengesankan visi yang sedang berada tepat di depan moncong senjata. Di atas semua itu, anarkisme, sebagai bentuk praksis-ide-ide pembentukan satu tatanan masyarakat baru "dalam kulit luarnya yang telah usang"-telah menjadi inspirasi yang mendasari dari suatu bentuk "pergerakan di antara pergerakan" (sebuah bentuk pergerakan dimana si penulis terlibat di dalamnya), di mana sedari awalnya gerakan tersebut lebih memilih untuk mengambilalih kekuasaan negara daripada membongkar kebobrokannya, atau bahkan mendelegetimasikan serta membongkar mekanisme dari peraturan dimana pada saat yang bersamaan juga memperluas ruang-ruang otonomi serta pola manajemen secara partisipatoris di dalamnya.
Ada beberapa alasan yang sangat meyakinkan bagi daya tarik yang terdapat dalam ide-ide anarkis pada abad 21. Terutama, kegagalan serta bencana yang dihasilkan dari sekian banyaknya upaya untuk menaklukkan kapitalisme dengan jalan meraih kontrol atas aparatus pemerintahan di abad ke-20. Meningkatnya jumlah kaum revolusioner yang mulai memahami bahwa "revolusi" tidaklah datang sebagai sebuah momen-momen apokaliptik yang mengagumkan, layaknya sebuah badai global yang sepadan dengan luasnya winter palace, akan tetapi merupakan proses yang sangat panjang yang telah berlangsung /terjadi sepanjang sejarah umat manusia (bahkan jika hal tersebut memiliki prasyarat untuk mengakselerasikan yang telah terjadi sebelumnya) strategi penuh dari proses "lepas landas" serta pengelakan tersebut sedikit banyak merupakan konfrontasi yang dramatis, yang tentu saja takkan pernah--sebagaimana yang dirasakan oleh para anarkis pada umumnya--menjadi sebuah konklusi yang defenitif.
Sedikit membingungkan memang, namun hal tersebut justru menawarkan salah satu hiburan yang sangat mengagumkan : kita tak perlu lagi menunggu hingga "revolusi itu terjadi" untuk sekedar menyaksikan, walaupun secara sekilas, seperti apakah makna sejati dari kebebasan yang sesungguhnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kolektif Crimethinc, propagandis terbesar dalam anarkisme kontemporer Amerika, mereka berpendapat bahwa: "kebebasan hanya eksis dalam momen revolusi. Dan momen-momen tersebut tidaklah seaneh seperti yang kalian pikir." Bagi seorang anarkis, pada kenyataannya, mencoba untuk menciptakan pengalaman yang tidak teralienasi, demokrasi sejati, adalah hal penting; hanya membuat bentuk organisasi tertentu di masa sekarang pada akhirnya menjadi sebuah perkiraan kasar mengenai bagaimana masyarakat bebas dapat berjalan secara aktual, bagaimana setiap orang, suatu hari, dapat hidup atau memberi jaminan bahwa kita tidak akan kembali melalui bencana. revolusioner-revolusioner suram tanpa kegembiraan yang mengorbankan segala kesenangan hanya dapat melahirkan masyarakat yang suram dan tanpa kegembiraan pula.
Perubahan-perubahan yang terjadi ini sangat sulit untuk didokumentasikan karena sejauh ini ide-ide anarkistik hampir tidak memperoleh perhatian sama sekali pada tataran akademik. Ada ribuan pemikir akademis marxis di luar sana, namun sangatlah sulit untuk menemukan pakar akademis yang anarkistik. Jarak yang memisahkan ini biar bagaimanapun sangat sukar untuk diinterpretasikan. Pada satu sisi, tak dapat diragukan lagi, ini lebih disebabkan karena marxisme lebih memiliki kedekatan dengan para akademisi yang sama sekali tidak terjadi pada anarkisme: oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika hanya gerakan sosial--yang juga menjadi gerakan sosial terbesar saat ini--tersebutlah yang banyak menyita perhatian para akademisi yang bergelar Ph.D. Hampir keseluruhan hasil kalkulasi sejarah mendapati sebuah asumsi bahwa hal ini disebabkan karena secara mendasar anarkisme memiliki kemiripan dengan marxisme: anarkisme hadir sebagai gagasan jitu dari para pemikir-pemikir abad ke-19 (Proudhon, Bakunin, Kropotkin... dst) yang dikemudian hari banyak menginspirasi organisasi-organisasi kelas pekerja, terjerat dalam perjuangan-perjuangan politik, dan terpecah ke dalam berbagai golongan....
Anarkisme, dalam hitung-hitungan standar, seringkali muncul sebagai sepupu marxisme yang menyedihkan, sedikit janggal/kaku secara teoritik namun berusaha untuk tetap mengeluarkan gagasan yang cemerlang, baik itu dengan hasrat dan ketulusan hati. Sesungguhnya analogi yang demikian sangatlah merusak. Para pencetus dari anarkisme tidaklah berpikir bahwa mereka telah menemukan sesuatu yang baru. Anarkisme di masa lampau telah menunjukkan prinsip mendasar dari anarkisme seperti: Mutual-aid, asosiasi secara sukarela, pengambilan keputusan secara egalitarian (merupakan cara pengambilan keputusan yang sejarahnya memiliki usia sepadan dengan sejarah umat manusia). Hal yang sama juga berlaku pada penolakannya terhadap negara dan segala bentuk kekerasan struktural, hirarki, atau pun dominasi (secara literal anarkisme berarti `tanpa pemerintah`)--sekalipun asumsi atas bentuk yang demikian bagaimanapun juga dapat saling berkaitan dan saling bertentangan satu sama lain. Tak satu pun dari hal tersebut terlihat sebagai bentuk doktrin yang baru, namun merupakan tendensi yang telah lama bertahan sepanjang sejarah pemikiran umat manusia, dan tak pernah tercakup dalam teori-teori atau pun ideologi yang umum.
Pada satu level anarkisme seperti satu bentuk keyakinan: keyakinan bahwa hampir seluruh bentuk sikap tidak bertanggung jawab, yang sepertinya telah mejadikan kekuasaan menjadi suatu kebutuhan, pada kenyataannya merupakan efek yang ditimbulkan dari kekuasaan itu sendiri. Sekalipun dalam prakteknya hal ini tak henti-hentinya dipertanyakan, ada sebuah usaha keras untuk mengenali setiap kewajiban atau relasi hirarkis dalam kehidupan manusia, yang kemudian menantang mereka untuk menjustifikasikan keberadaan mereka sendiri, dan jika mereka tak dapat melakukan--yang biasanya menjadi satu bentuk perburuan--maka sebuah usaha yang keras untuk membatasi kekuasaan pun mereka lakukan dan begitu pula dengan kesempatan bagi kebebasan manusia.
Sekolah marxisme selalu memiliki pencetus. Seperti halnya marxisme yang bersumber dari pemikiran Marx, maka kita juga mendapati para Leninis, Maois, Althusserian.... dst, (perhatikan bagaimana daftar yang dimulai dari kepala negara dan kelas/golongan hampir memiliki kesamaan dengan para professor Perancis--yang pada gilirannya, dapat menghasilkan golongan-golongan mereka sendiri: Lacanian, Foucauldian..... dst).

Minggu, 27 Februari 2011

PUNK



punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.

Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.
Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.
Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.
Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.
Gaya hidup dan Ideologi
Psikolog brilian asal Rusia, Pavel Semenov, menyimpulkan bahwa manusia memuaskan kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara. Pertama, melakukan penelitian terhadap lingkungannya dan mengatur hasil penelitian tersebut secara rasional (sains). Kedua, mengatur ulang lingkungan terdekatnya dengan tujuan membuat sesuatu yang baru (seni).
Dengan definisi diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu gerakan seni avant-garde, yaitu dandanan nyleneh, mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil (performer) berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau mendisorganisasi) secara drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas).
Punk selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat.
Akibatnya punk dicap sebagai musik rock n’ roll aliran kiri, sehingga sering tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.
Gaya hidup ialah relatif tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup sama dengan lainnya. Ideologi diambil dari kata “ideas” dan “logos” yang berarti buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi berkembang sesuai dengan tempat, waktu dan situasi maka punk kalisari pada saat ini mulai mengembangkan proyek “jor-joran” yaitu manfaatkan media sebelum media memanfaatkan kita. Dengan kata lain punk berusaha membebaskan sesuatu yang membelenggu pada zamannya masing-masing.
Punk di Indonesia
Berbekal etika DIY, beberapa komunitas punk di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Malang merintis usaha rekaman dan distribusi terbatas. Mereka membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian usaha ini berkembang menjadi semacam toko kecil yang lazim disebut distro.
CD dan kaset tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan. Mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Seluruh produk dijual terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Dalam kerangka filosofi punk, distro adalah implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja Levi’s, Adidas, Nike, Calvin Klein, dan barang bermerek luar negeri lainnya.
Anarko-punk adalah bagian dari gerakan punk yang dilakukan baik oleh kelompok, band, maupun individu-individu yang secara khusus menyebarkan ide-ide Anarkisme. Dengan kata lain, Anarko-punk adalah sebuah sub-budaya yang menggabungkan musik punk dan gerakan politik Anarkisme. Tidak semua punk diiidentikkan dengan anarkisme. Namun, anarkisme memiliki peran yang signifikan dalam punk. Begitu juga sebaliknya, punk memberikan pengaruh yang besar pada wajah dunia anarkisme kontemporer.
Beberapa band punk penting yang cukup popular dan dianggap sebagai pelopor dari gerakan anarko-punk antara lain Crass, Conflict, dan Subhumans. Sedangkan di indonesia beberapa band anarko-punk yang cukup populer antara lain Marjinal, Bunga Hitam, dan lain sebagainya.
Beberapa isu politik yang banyak diangkat oleh anarko-punk antara lain dukungannya terhadap gerakan anti perang, hak hidup satwa, feminisme, isu lingkungan, kebersamaan, anti kapitalisme, dan beberapa kasus-kasus yang juga banyak diangkat oleh para anarkis pada umumnya.


"Punk" Antara Gaya Hidup dan Ideologi

PENCINTA musik "underground" dengan rambut "mohawk" dan kostum khas ala "punk", larut dalam ingar-bingar musik yang dimainkan grup "Extra Noise Terror" di Lapangan Saparua Kota Bandung, Sabtu (28/6) tahun lalu.* ADE BAYU INDRA/"PR"
MENDENGAR kata punk, asosiasi bisa mengembara ke mana-mana. Punk sebagai aliran musik dengan ketukan cepat sebagai hasil gebukan snare drum yang rapat, serta distorsi menggila. Ideologi kemandirian yang kemudian merambah ke berbagai bidang. Hingga simbol-simbol perlawanan yang justru muncul dari sejarah punk sebagai subkultur.
Kendati demikian, ada satu ciri yang tak mungkin bisa dilepaskan. Ketika nama punk disebutkan, pikiran pasti tertuju pada rambut Mohawk ala suku Indian, dan detail fashion yang menyertai. Atau, potongan ala feathercut yang diwarnai dengan warna-warna terang, sepatu boots, rantai, dan spike (gelang atau aksesori berjeruji), patches (tambalan), jaket kulit, celana jeans ketat dengan warna luntur, serta mengenakan baju lusuh.
Tak sulit menemukan orang dengan identitas seperti ini di Bandung. Terlebih lagi saat ini, ketika punk tak hanya bertemu secara komunal di satu tempat. Adapun titik yang disebut-sebut memiliki basis anak punk yang dominan, terdapat di Ujungberung, Dewi Sartika, Cimahi, Sarijadi, Lembang, dan lain-lain.
Berawal dari musik
Punk mulai merambah Bandung sekitar tahun 1984. Saat itu, baru segelintir orang yang menjadi penikmat musik punk. Dengan media terbatas, punkers hanya bisa mendapatkan pasokan dari majalah dan kaset. Anak-anak punk masa itu biasanya berkumpul di tempat yang mereka sebut PI, (ada yang menyebutkan istilah ini sebagai Pasar Induk, sebutan untuk mal pertama di Bandung. Ada juga yang menyingkat dari Plasa Indah) yang berlokasi di belakang mal Bandung Indah Plaza (BIP).
Di kemudian hari, tepatnya 1996, intensitas perkumpulan yang cukup tinggi membuat beberapa dari mereka mendirikan Riotic Records, label yang mewadahi scene bermusik punk rock. Setahun kemudian, label recording merambah ke distro.
Salah satu pendiri Riotic, Dadan "Ketu" Ruskandar menyebutkan, tahun 1989 merupakan tonggak awal dimulainya acara gigs punk rock di Bandung. "Acaranya saya lupa, tetapi waktu itu ngadainnya di SE, anak-anak yang ngadain ngidolain Sex Pistols," ucap Ketu saat ditemui di tokonya, Jln. Sumbawa 61 Bandung, Senin (13/4) malam.
Baru pada rentang waktu antara 1990-1994, komunitas punk sedikit demi sedikit mulai terbentuk, bersamaan dengan maraknya permainan skateboard di Taman Lalu Lintas Bandung. Namun, rentang waktu 1994-1999, disebut Ketu sebagai masa keemasan punk. Saat itu, punk sebagai percabangan dari scene underground, banyak digilai anak muda Bandung.
"Nah 1999, mulai hancur deh, gara-gara krismon," ujar Ketu, yang pada 1999 membuat satu beraliran punk rock, Kontaminasi Kapitalis . Hal tersebut disebabkan melonjaknya harga sehingga menghalangi mereka untuk melakukan korespondensi dengan punkers luar negeri. Padahal dalam dekade itu, sulit untuk memenuhi kebutuhan terhadap fashion punk. Untuk mencari spike saja, misalnya, harus menunggu kiriman dari luar negeri.
"Do it yourself!"
Bicara tentang filosofi punk, rasanya tak bisa dilepaskan dari hal yang satu ini, "DIY" (kependekan dari do it yourself, artinya semua hal dikerjakan sendiri). Semangat yang dianut tersebut tak lepas dari sejarah punk yang diadopsi dan juga menyangkut ideologi sosial dan politik.
Mulanya, punk tumbuh subur pada pertengahan dekade 1970-an di Inggris, akibat ketidakpuasan kelas pekerja terhadap sistem negara yang membelenggu. Sistem kerajaan yang dianut, membuat jurang hierarki yang besar antarmasing-masing kelas.
Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana, namun terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak. Situasi ekonomi dan politik membuat kaum punk menjadi pemendam jiwa pemberontak (rebellious thinkers).
Nama grup band Sex Pistols kemudian tak bisa dilepaskan dari sejarah pertumbuhan ideologi punk. Pada 1977, mereka merilis single "God Save The Queen", yang isinya menggegerkan kerajaan dan mayoritas masyarakat masa itu. Simak saja lirik dari single tersebut yang awalnya berjudul "No Future" ini. God save the queen/ She ain`t no human being/ And there`s no future/ In England`s dreaming//
Begitulah, punk kemudian menjadi salah satu pelampiasan terhadap rasa frustasi, kemarahan, dan kejenuhan berdamai dengan negara. Tak ada nada-nada rock dengan kualitas tinggi, atau melodi menyayat untuk mencerminkan suasana hati. Akibatnya, punk banyak dicap sebagai musik dan rock beraliran kiri sehingga perkembangannya terasa dibelenggu arus mainstream.
Keadaan tersebut justru membuat gerakan punk yang semakin masif, tumbuh menjadi budaya tandingan (counter culture) dari musik rock `n roll yang sedang mapan. Tak ada jalan lain, kecuali menumbuhkan kemandirian dan melakukan semuanya sendiri. "DIY jadi budaya dalam punk, walaupun memang perkembangannya jadi semakin melebar," ucap Ucay, vokalis Rocket Rockers yang sudah mengamati punk sejak dekade 1990-an.
DIY yang dimaksud, berkembang menjadi semangat independen. Lewat spirit tersebut, berbagai pergerakan mulai dilakukan. Seperti dalam hal ekonomi (mendirikan distro, recording, dan indie label), dan dalam hal pemikiran. Berangkat dari nihilisme, mayoritas punkers mulai menemukan filosofi punk.
"Kalau tahun 1996 ke bawah mah memang anak-anak dipersatukan karena musik, ya kalau ngumpul kayak gimana sih, paling nongkrong-nongkrong ala Indonesia lah, lebih banyakan yang enggak ada gunanya. Berangkat dari nihilisme itu, sekitar tahun 1999 anak-anak mulai pada pinter, mereka mulai baca buku-buku tentang filosofi punk, jadi punya basic pengetahuan yang lumayan tentang punk," kata Ucay, yang bersama teman-temannya dalam Rocket Rockers pernah masuk dalam film sejarah punk sedunia, "Punk`s Not Dead The Movie", 2006 lalu.
Tak hanya itu, penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial, bahkan agama.
"Kalau ngomong pendirian tentang punk, wah itu paling susah, gue aja misalnya punya satu pendirian, tetapi setelah sepuluh tahun kemudian bisa berubah, malah bisa bertentangan. Sama aja kayak karena kebanyakan kiri, jadi ada yang malah mau ke kanan. Ya sekarang mah ambil rootsnya punk aja, be yourself aja," ujar Ucay. (Endah Asih/"PR")***

 


Sabtu, 19 Februari 2011

ILLUMINATI


Illuminati (Illuminatus) adalah istilah dalam gerakan pencerahan rahasia Society of Gesu (Società di Gesù) terhadap otoritas Gereja Katolik Roma. Pembentukan majelis pencerahan dihimpun oleh Duke Ernest II of Saxe-Gotha-Altenburg dan Gabriel Lenkiewicz SJ yang terdiri dari sebagian kecil keluarga bangsawan dan non-bangsawan di abad 18 dalam rangka membahas vonis sesat yang dijatuhkan oleh otoritas Gereja Katolik Roma terhadap Society of Gesu, yang diasingkan pada Juli 1773 oleh Pope Clement XIV dan Ordo Dominus ac Redemptor serta diusir oleh 83 pemerintahan kerajaan Eropa, yang sekarang dikemas sebagai sejarah Freemasonry.

Fakta Kunci
Alias Order of Perfectibilists
Tahun Berdiri 1785
Founder Duke Ernest II of Saxe-Gotha-Altenburg (1745-1804), Gabriel Lenkiewicz SJ (1785-1798)
Headquarters Windsor Castle, England
Head of Organization Lucifer
Current Leader Her Majesty Queen Elizabeth II
Members Dibawah 1.000

Hasil majelis pencerahan adalah menghimpun kekuatan Society of Gesu menggunakan metode iluminasi (cuci otak) dan infiltrasi terhadap Gereja Katolik Roma termasuk eliminasi otoritas Papacy. Illuminati merupakan instrumen inti yang mendorong Society of Gesu untuk mengambil alih simpanan emas dibawah Gereja Katolik Roma dan Negeri Perancis melalui promosi Revolusi Perancis dan Napoleon War, serta mempelajari pengetahuan hitam dan rahasia ketuhanan yang diambil dari dokumen di Vatican Secret Archives selama Roma dikuasai oleh pasukan Napoleon.
Setelah keberhasilan Society of Gesu melawan keabsolutan gereja dan merebut otoritas Papacy, Society of Gesu direstorasi dari pengasingan dalam perjanjian Solicitudine Omnium Ecclesiarum pada tanggal 14 Agustus 1814 oleh Pope Pius VII dan menjadi Ordo Jesuit dalam Gereja Katolik Roma. Sedangkan keluarga pendukung Illuminati memperoleh gelar nama baik kerajaan, tanah dan perkebunan yang luar biasa luas, serta kontrol kekayaan dunia menjadi para keluarga filantropis hingga saat ini.
Tiga dari keluarga yang paling terkenal penerima kekayaan dan tahta dari Ordo Jesuit adalah House of Saxe-Coburg dan Gotha, House of Rothschild, dan House of Lafayettes. House of Saxe-Coburg dan Gotha dihargai dengan mahkota Inggris dan menjadi keluarga terkemuka utama Illuminati yang loyal kepada Ordo Jesuit. Selain keluarga tersebut kekayaan melimpah juga diberikan kepada House of Oppenheimer, House of Warburg, dan House of Schiff.


Latar Belakang
Istilah 'Illuminati' dan metode iluminasi dirancang oleh seorang pengacara Jesuit, yaitu Adam Weishaupt SJ (1748-1830) di Bavaria Jerman. Pada tahun 1773, Weishaupt mendapat gelar profesor Canon Law dari Universitas Ingolstadt. Setelah menjadi Jesuit ia membantu para Society of Gesu (Masons) dari persembunyian dan penganiayaan, kemudian membangun kekuatan Freemasonry Lodge di Munich secara rahasia. Weishaupt mengoperasionalkan metode baru tersebut dalam masa pengasingan pada April 1776.

Johann Adam Weishaupt, Order of Perfectibilists" yang selanjutnya dikenal dengan nama Illuminati

Simbol mata dan piramida muncul di pecahan $USD 1
Dengan bantuan pendukung keluarga kaya, termasuk Adolf Freiherr Knigge, pada tanggal 1 Mei 1776, Weishaupt membentuk "Order of Perfectibilists", yang kemudian dikenal sebagai Illuminati. Ia mengadopsi nama "Brother Spartacus" dalam pesanan. Weishaupt juga menciptakan moto Illuminati yaitu "The Ends Justifies The Means". Setiap tingkatan dalam Freemasonry terdapat sel iluminasi rahasia yang terisolasi, dan setiap inisiasi dilaporkan kepada Jesuit Superior General tanpa diketahui oleh mereka yang berada di dalam sel iluminasi, struktur tersebut demi menghilangkan jejak agar tidak ditemukan dan dibunuh oleh para masyarakat pendukung gereja dan keluarga Papacy.
Misi utama dari Illuminati di bawah Weishaupt adalah untuk membentuk realm dunia yang disebut New World Order melalui supremasi sains, teknologi, bisnis, penghapusan semua sistem pemerintahan feodal dan agama di dunia.
Adolf Freiherr Knigge memperkenalkan Weishaupt kepada beberapa bangsawan termasuk Duke Ernest II dari Saxe-Gotha-Altenburg (1745-1804) yang kemudian bersimpati atas nasib Society of Gesu dan berjanji untuk mengirim rancangan Illuminati Weishaupt kepada Vicar General Stanislaus Czerniewicz di pengasingan di Rusia. Seorang suksesor Ordo Jesuit yaitu Gabriel Lenkiewicz SJ (1785-1798) yang mengilhami karya Weishaupt segera menerapkan metode iluminasi secara resmi dan membentuk struktur baru Ordo Jesuit pada 1785.
Struktur sel iluminasi rahasia model Illuminati Weishaupt diaktifkan demi mengiluminasi ratusan Jesuit di Eropa dan digunakan untuk efek ekstrim dalam perencanaan Revolusi Perancis beberapa tahun kemudian. Dialah orang pertama yang mengilhami metode cuci otak sempurna model "Sel Terrorist" yang digunakan oleh faksi-faksi politik-militer dan lembaga intelijen hingga kini.
Saat mengabdi dan berlindung pada Ernest Duke II of Saxe-Gotha-Altenburg, Weishaupt tinggal di Gotha dan terus menulis, karyanya antara lain: A Complete History of the Persecutions of the Illuminati in Bavaria (1785), A Picture of Illuminism (1786), An Apology for the Illuminati (1786), and An Improved System of Illuminism (1787).
1 Mei 1776 - Adam Weishaupt (kode bernama Spartacus) membentuk sebuah Secret Society yang disebut Ordo Illuminati. Weishaupt adalah Guru Besar Hukum Canon di Universitas Ingolstadt di Bavaria, bagian dari Jerman. Illuminati berusaha untuk membentuk New World Order. Tujuan mereka adalah sebagai berikut:

* Misi Dari Illuminati
  1. Penghapusan semua memerintahkan pemerintah
  2. Penghapusan hak milik pribadi
  3. Penghapusan warisan
  4. Penghapusan patriotisme
  5. Penghapusan keluarga
  6. Penghapusan agama
  7. Menciptakan pemerintahan dunia
Juli, 1782 - The Order of the Illuminati Freemasonry bergabung dengan pasukan di Kongres Wilhelmsbad. Comte de Virieu, seorang peserta pada konferensi tersebut, datang jauh jelas-jelas terguncang. Ketika ditanya tentang "rahasia tragis" dia dibawa kembali dengan dia, ia menjawab: "Aku tidak akan menceritakan kepada Anda. Saya hanya dapat memberitahu Anda bahwa semua ini sangat jauh lebih serius daripada yang Anda pikirkan "Mulai saat ini., Menurut penulis biografinya," Comte de Virieu hanya bisa berbicara tentang Freemasonry dengan Horor. "


Restorasi Jesuit dan Supremasi Illuminati
Setelah kemenangan Illuminati dan restorasi pesanan dengan kalimat Papacy Solicitudine Omnium Ecclesiarum pada tanggal 14 Agustus 1814, realm New World Order terimplementasi dengan Illuminati berada pada posisi puncak piramida kekuasaan.
Jesuit Superior General merupakan posisi yang paling kuat di realm dunia ini diikuti dengan alat substansial di berbagai sektor termasuk sekolah, bank, mega korporasi, media massa, dan industri militer. Paus sebagai The Roman Pontiff adalah inisiasi berikutnya yang paling senior, melaporkan hasil kerjanya kepada Jesuit Superior General dan keluarga pendukung Illuminati. Keluarga Papacy yang sebelumnya mendukung The Roman Pontiff diturunkan pengaruhnya dari otoritas Papacy (Holy See).
Tahta Suci atau Holy See disebut sebagai Sedes Sacrorum (SS) oleh para Illuminati, menjadi instrumen hukum penting yang digunakan oleh para Jesuit untuk mendirikan sebuah framework hukum global dengan prioritas pertama untuk melindungi The Roman Cult dan kemudian Ordo Jesuit sendiri sebagai teknis subsider dari segala ancaman legal, yang bermakna diatas hukum.


Perencanaan Perang Dunia ke 3
15 Agustus 1871 - Dalam sebuah surat kepada pemimpin Italia Giuseppe revolusioner Mazzini, Albert Pike - Sovereign Grand Panglima Yurisdiksi Selatan Ritus Skotlandia Freemasonry - mengumumkan pembentukan sebuah masyarakat rahasia dalam sebuah masyarakat rahasia: "Kita harus menciptakan super ritus, yang akan tetap tidak diketahui, yang akan kita sebut orang-orang Mason tingkat tinggi yang akan kita pilih.


Berkenaan dengan saudara-saudara kita di Masonry, orang-orang ini harus janji untuk kerahasiaan ketat. Melalui ritus tertinggi, kita akan mengatur semua Freemasonry yang akan menjadi pusat salah satu internasional, semakin kuat karena arahnya akan diketahui "ini sangat rahasia organisasi disebut The New dan Reformasi Paladian Ritus..
(Ini sebabnya sekitar 95% dari orang yang terlibat dalam Masonry tidak memiliki petunjuk mengenai apa yang menjadi tujuan organisasi sebenarnya Mereka berada di bawah delusi bahwa itu hanya sebuah organisasi masyarakat baik melakukan perbuatan baik..)

Tokoh yang merencanakan perang dunia ke-3